Gambar Sampul Agama Hindu · Bab 3 PELAJARAN III WARIGA
Agama Hindu · Bab 3 PELAJARAN III WARIGA
Ida bagus

22/08/2021 07:50:33

SMA 10 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

51

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Bab III

Wariga

Renungan

Bacalah sloka Sarasamuccaya 183 di bawah ini :

Ayanûu ca yaddattaý, ûadacìtimukheûu ca,

candrasùryoparàge ca, viûuve ca tadakûawam”

Terjemahan:

Inilah perincian waktu yang baik, ada yang disebut daksinayana,

waktu matahari bergerak ke arah selatan, ada yang disebut

uttarayana, waktu matahari bergerak ke arah utara (dari

khatulistiwa). Ada yang dinamakan sadacitimukha yaitu pada saat

terjadinya gerhana bulan atau matahari, wisuwakala yaitu matahari

tepat di khatulistiwa, adapun pemberian dana berupa benda pada

waktu yang demikian itu sangat besar sekali pahalanya

(Kadjeng, 1997).

Kegiatan Siswa

1.

Buatlah kel

ompok 3-4 orang siswa

2.

Buatlah cer

ita dari pengalaman orang tuamu di dalam menentukan hari baik,

misalnya; untuk pernikahan, bercocok tanam dan yang lainnya.

52

|

Kelas X SMA/SMK

A. Pengertian Wariga

Memahami Teks

Kata

wariga yang dalam bahasa Bali jika ditinjau dari segi sejarah bahasa,

memiliki hubungan genetik dengan bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. Dalam

bahasa Sansekerta dikenal sebuah kata ‘vara’ yang artinya terbaik, berharga,

terbaik diantara, lebih baik dari pada. Kata vara dalam bahasa Sansekerta

kemudian menjadi wara dalam bahasa Jawa Kuno, yang berati pilihan, harapan,

anugrah, hadiah, kemurahan hati; terpilih, berharga, bernilai, terbaik paling unggul

di antara. Dalam bahasa Jawa Kuno juga dikenal kata wara yang memakai ā

dirgha (panjang) mempunyai arti waktu yang telah ditetap untuk sesuatu.

Kata

wariga sering dikaitkan dengan

padewasan. Padewasan berasal dari kata

“dewasa” mendapat awalan pa- dan akhiran - an

(pa-dewasa-an). Dewasa artinya hari pilihan,

hari baik. Padewasan berati ilmu tentang hari

yang baik. Dewasa Ayu artinya hari yang baik

untuk melaksanakan suatu. Selanjutnya kata

“divesa” dalam bahasa Sansekerta berasal dari

akar kata “div” yang artinya sinar. Dari kata div

lalu menjadi divesa yang berati sorga, langit, hari. Dari uraian tersebut dapatlah

diketahui bahwa kiranya kata divesa itulah mengalami peluluhan pengucapan

menjadi kata “dewasa” yang berati hari pilihan atau hari yang baik. Berdasarkan

dua konsep pengertian “dewasa” tersebut dapat disimpulkan bahwa dewasa adalah

hari pilihan atau hari yang baik.

Dalam teks Wariga Gemet dijelaskan tentang akar/urat kata

wariga :

ika pawaking sang wiku, wruhing

wariga gemet, Wa nga, apadang;

Ri, nga tung-tung; Ga, nga carira, ika carira tanpa carira ngaran,

tanpa dwe buddhi, hala hayu, wang ring kasaman tasak ring

padarta, diksita, blahaning lango buddhi.

Terjemahan:

Keberadaan sang wiku (pendeta) yang telah mengetahui ajaran

wariga Gemet. Wa artinya terang, Ri artinya puncak, Ga artinya

wadag. Inilah wadag yang tak nyata, tanpa memiliki kehendak, baik

dan buruk, dari sesama manusia ia telah mumpuni dalam analisis, ia

telah disucikan, terbebas dari cita-cita.

Sumber: www.astronomiogretmenleri.com

Gambar 3.1 Astronomi

53

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Berdasarkan keterangan

lontar Wariga Gemet kata wariga berati wa (terang),

ri (puncak) dan ga artinya (wadag). Secara harfiah menurut teks Wariga Gemet,

kata

wariga berati wadag untuk mencapai puncak yang terang. Selanjutnya

dalam Kamus Bahasa Bali Lumrah oleh J.Kersten S.V.D dikenal kata wara yang

berati hari dan wariga yang berati ajaran tentang diwasa/dewasa yaitu baik atau

buruknya hari untuk melakukan sesuatu.

Jadi berdasarkan beberapa uraian dapat dijelaskan

wariga dalam pengertian

bahasa Bali adalah ajaran mengenai sistem kelender/tarikh tradisional Bali,

terutama dalam menentukan diwasa/dewasa (baik-buruknya hari) terkait

kepentingan masyarakat.

B. Hakekat Wariga

Memahami Teks

Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa ilmu

wariga (padewasan) adalah

merupakan bagian dari ilmu astronomi di dalam

Agama

Hindu termasuk bidang

Vedangga. Sebagaimana halnya dengan cabang-cabang ilmu

Veda lainnya fungsi

Vedangga bertujuan untuk melengkapi

Veda, maka jelas kalau penggunaan wariga

dan dewasa bertujuan untuk melengkapi tata laksana agama. Jadi secara hakiki

fungsi dari wariga adalah pelengkap dalam ilmu agama yang bertujuan untuk

memberikan ukuran atau pedoman dalam mencari dewasa. Dewasa sebagai suatu

kebutuhan dalam pelaksanaan aktifitas hidup umat

Hindu bertujuan memberikan

rambu-rambu kemungkinan-kemungkinan pengaruh baik-buruk hari terhadap

berbagai usaha manusia. Baik buruk hari mempunyai akibat terhadap nilai hasil

dan guna suatu perbuatan, misalnya :

1.

Melihat cocok atau tidak cocoknya perjodohan oleh karena pembawaan dari

pengaruh kelahiran yang membawa sifat tertentu kepada seseorang;

2.

Melihat cocok atau tidaknya mulai membangun, membuat fondasi, mengatapi

rumah, pindah rumah dan sebagainya.

3.

Melihat baik atau tidaknya untuk melakukan upacara ngaben, atau atiwa-tiwa

4.

Melihat baik atau tidaknya untuk melakukan segala macam upacara kesucian

yang ditujukan kepada Dewa-dewa.

5.

Melihat baik tidaknya untuk melakukan kegiatan termasuk bidang pertanian

dan lain-lainnya.

54

|

Kelas X SMA/SMK

Adanya gambaran tentang baik atau tidak baiknya suatu hari untuk melakukan

suatu kegiatan orang diharapkan lebih bersifat hati-hati dan tidak boleh gegabah.

Ini diharapkan tidak mempengaruhi keimanan terhadap Tuhan melainkan menjadi

dasar pelaksanaan sradha dan bhakti (iman dan taqwa), sehingga apa yang

diharapkan bisa tercapai dengan baik. Secara hakikat seperti yang dijelaskan pada

maksud dan tujuan

wariga dan dewasa adalah :

1)

Memberi ukuran atau pedoman yang perlu dilakukan oleh orang yang akan

melaksanakan suatu pekerjaan berdasarkan ajaran

Agama Hindu dengan

harapan bisa berhasil dengan baik

2)

Untuk memberi penjelasan tentang berbagai kemungkinan akibat yang timbul

akibat pemilihan hari yang dipilih sehingga memberikan alternatif lain yang

akan dipilih.

3)

Sebagai suplemen dalam mempelajari

Veda dan

Agama Hindu sehingga

dalam menjalankan ajarannya bisa dilaksanakan secara tepat sesuai pengaruh

waktu dan planet-planet yang berpengaruh pada waktu-waktu tertentu.

Mengamati

Amatilah lingkungan yang ada disekitar tempat tinggalmu berkaitan dengan

kebiasaaan yang dilakukan umat

Hindu sebelum melaksanakan ritual keagamaan

seperti; pernikahan, kegiatan pertanian, peternakan dan kegiatan lainnya. Tuliskan

dalam bentuk narasi singkat dan buatlah kesimpulan dari tulisanmu !

Sumber: www.dharmavada.wordpress.com

Gambar 3.2 Wariga dan Dewasa

55

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

C. Menentukan Wariga

Memahami Teks

Ada lima pokok yang harus dipahami dalam menentukan

wariga yaitu

wewaran,

wuku, penanggal panglong, sasih dan dauh. Berikut ini akan diuraikan

mengenai penjelasan dari masing-masing pedoman pekok dalam menentukan

wariga (padewasan) sebagai berikut:

1.

Wewaran

Wewaran adalah bentuk jamak dari kata wara yang berati hari. Secara

arti kata

Wewaran berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata wara

(diduplikasikan/dwipura) dan mendapat akhiran –an (we + wara + an) sehingga

menjadi wewaran, yang berati istimewa, terpilih, terbaik, tercantik, mashur,

utama, hari.

Jadi wewaran adalah hari yang baik atau hari yang utama untuk melakukan

suatu hal atau suatu pekerjaan. Dalam menentukan wariga,

pengetahuan

tentang wewaran menjadi dasar yang sangat penting. Dalam hubungannya

dengan baik-buruknya hari dalam menentukan

wariga dewasa, wewaran

mempunyai urip, nomor atau bilangan, yang disesuaikan dengan letak

kedudukan arah mata angin, serta dewatanya

Berikut ini akan diuraikan dalam bentuk tabel mengenai jenis wewaran,

urip, tempat atau kedudukan, serta Dewatanya berdasarkan buku Kunci

Wariga Dewasa sebagai berikut :

No

Wewaran

Urip

Tempat/Kedudukan

Dewata

I EKA WARA

1

Luang

1

Barat Laut Wayahya

Sanghyan Taya

II DWI WARA

1

Menga

5

Timur-Purwa

Sanghyang Kalima

2

Pepet

4

Utara-Uttara

Sanghyang Timir

III TRI WARA

1

Pasah/Dora

9

Selatan Daksina

Sanghyang Cika

2

Beteng/Waya

4

Utara-Uttara

Sanghyang Wacika

3

Kajeng/Biantara

7

Barat-Pascima

Sanghyang Manacika

IV CATUR WARA

1

Sri

6

Timur Laut-Airsanya

Bhagawan Bregu

2

Laba

3

Barat Daya-Nariti

Bhagawan Kanwa

3

Jaya

1

Barat Laut-Wayabya

Bhagawan Janaka

56

|

Kelas X SMA/SMK

No

Wewaran

Urip

Tempat/Kedudukan

Dewata

4

Manala

8

Tenggara-Gneyan

Bhagawan Narada

V PANCA WARA

1

Umanis

5

Timur-Purwa

Reshi Kursika-Dewa

Iswara-Bhagawan Tatulak

2

Paing

9

Selatan-Daksina

Rshi Garga-Dewa

Brhama-Bhagawan

Mercukunda

3

Pon

7

Barat-Pascima

Rshi Maitrya-Dewa

Mahadewa-Bhgawan

Wrhaspati

4

Wage

4

Utara-Uttara

Rshi Kurusya-Dewa

Wisnu-Bhagawan Wisnu-

Bhagawan Penyarikan

5

Kliwon

8

Tengah-Madya

Rshi Pretanjala-Dewa

Siwa-Sanghyang Widi

Wasa

VI SAD WARA

1

Tungleh

7

Barat - Pascima

Sanghyang Indra

2

Aryang

6

Timur Laut -Airsanya

Sanghyang Bharuna

3

Urukung

5

Timur - Purwa

Sanghyang Kwera

4

Ponitron

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Gneyam

5

Wa s

9

Selatan - Daksina

Sanghyang Bajra

6

Maulu

3

Barat daya - Nairiti

Sanghyang Erawan

VII SAPTAWARA

1

Minggu - Redite

5

Timur - Purwa

Sanghyang Bhaskara

2

Senin - Soma

4

Utara - uttara

Sanghyang Candra

3

Selasa - Anggara

3

Barat Daya - Nairiti

Sanghyang Angkara

4

Rabu - Buddha

7

Barat - Pascima

Sanghyang Udaka

5

Kamis - Wrespati

8

Tenggara- Gneyan

Sanghyang Sukra Guru

Jumat – Sukra

6

Timur Laut- Airsanya

Sanghyang Bregu

Sabtu – Saniscara

9

Selatan-Daksina

Sanghyang Wasu

VIII ASTA WARA

1

Sri

6

Timur Laut -Airsanya

Dewi Sri

2

Indra

5

Timur -Purwa

Sanghyang Indra

3

Guru

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Guru

4

Yama

9

Selatan- Daksina

Sanghyang Yama

5

Ludra/Rudra

3

Barat Daya - Niriti

Sanghyang Rudra

57

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

No

Wewaran

Urip

Tempat/Kedudukan

Dewata

6

Brahma

7

Barat -Pascima

Sanghyang Brahma

7

Kala

1

Barat Laut -Wayabya

Sanghyang Kala

8

Uma

4

Utara - Uttara

Dewi Uma

IX SANGA WARA

1

Dangu

5

Timur-Purwa

Sanghyang Ishwara

2

Jangur

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Maheswara

3

Gigis

9

Selatan-Daksina

Sanghyang Brahma

4

Nohan

3

Barat Daya-Nairiti

Sanghyang Rudra

5

Ogan

7

Barat-Pascima

Sanghyang Mahadewa

6

Erangan

1

Barat laut - Wayabya

Sanghyang Sangkara

7

Urungan

4

Utara -Uttara

Sanghyang Wisnu

8

Tulus

6

Timur Laut -Airsanya

Sanghyang Sambhu

9

Dadi

8

Tengah - Madya

Sanghyang Shiwa

X DASA WARA

1

Pandita

5

Timur - Purwa

Sanghyang Surya

2

Pati

7

Barat -Pascima

Sanghyang Kala Mertyu

3

Suka

10

Tengah-Madya

Sanghyang Semara

4

Duka

4

Utara-Uttara

Sanghyang Wisnu

5

Sri

6

Timur Laut -Airsanya

Sanghyang Sambhu

6

Manuh

2

Tengah Madya

Sanghyang Kala Rupa

7

Manusa

3

Barat daya -Nairiti

Sanghyang Suksma

8

Raja

8

Tenggara - Gneyan

Sanghyang Kala Ngis

9

Dewa

9

Tenggara - Daksina

Sanghyang Dharma

10

Raksasa

1

Barat Laut - Wayabya

Sanghyang Maha Kala

Menentukan wewaran dari Eka Wara hingga Dasa Wara pada sistem tahun

wuku dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu bisa

menggunakan rumus yang telah ditetapkan dalam menentukan wewaran, dan bisa

pula menggunakan jari-jari tangan, dengan ruas di masing-masing jari sebagai

“rumah/kolom” dari wewaran tersebut. Di bawah ini akan diuraikan beberapa

contoh menentukan wewaran menggunakan rumus yang telah ditentukan dan

menggunakan tangan beserta gambar, dengan harapan memperluas wawasan

tentang pemahaman

wariga, walaupun pada prinsipnya semua metode penentuan

tersebut hasilnya adalah sama.

58

|

Kelas X SMA/SMK

a.

Menentukan

Wewaran dengan rumus

1)

Menentukan Eka Wara

Ketentuan untuk menentukan Eka Wara adalah dengan menjumlahkan

neptu atau urip dari Panca Wara dan Sapta Wara, dan apabila hasil

penjumlahannya bilangan ganjil, maka Eka Waranya Lwang, Bila

jumlahnya genap, Ekawaranya tidak ada (-).

Contoh:

Tentukanlah Eka Wara dari Soma Umanis

Neptu Soma + Neptu Umanis (4 + 5) = 9 (ganjil) berati ekawaranya Lwang

2)

Menentukan Dwi Wara

Menentukan Dwi Wara berpedoman pada penjumlahan Neptu Panca

Wara dan Sapta Wara. Apabila hasil dari penjumlahannya ganjil Dwi

Waranya adalah Pepet dan apabila berjumlah genap dwi waranya Menga.

Contoh : 1 Tentukanlah Dwi Wara dari Coma umanis

Neptu Coma + Neptu Umanis (4 + 5) = 9 (ganjil) jadi Dwi Wara dari Coma

Umanis adalah Pepet

3)

Menentukan Tri Wara sampai Dasa Wara dengan ketentuan rumus

umumnya sebagai berikut :

Wewaran yang dicari maksudnya adalah dari Tri Wara sampai Dasa

Wara. Jika yang dicarai adalah Tri Wara maka dibagi tiga. Sisa dari hasil

pembagiannya akan menunjukan nama wewaran yang akan dicari pada

masing-masing wewaran

Contoh : Bila diketahui suatu hari adalah Buddha, Sungsang. Tentukanlah

semua wewaran mulai dari Eka Wara sampai Dasa Waranya.

Diketahui: Buddha nomor sapta waranya 3

Sungsang nomor wukunya 10

Jawab :

a.

Tri Waranya

: (10 x 7 + 3) : 3 = 24 sisa 1 adalah Pasah

b.

Catur Waranya

: (10 x 7 + 3) : 4 = 18 Sisa 3 adalah Jaya

c.

Panca Wara

: (10 x 7 + 3) : 5 = 14 Sisa 3 adalah Pon

d.

Sad Wara

: (10 x 7 + 3) : 6 = 12 Sisa 1 adalah Tungleh

e.

Sapta Wara

: (10 x 7 + 3) : 7 = 10 sisa 3 adalah Budha (Sudah

diketahui)

Nomor Wuku x 7 + Nomor Sapta Wara

Wewaran Yang dicari

Nomor Wuku x 7 + Nomor Sapta Wara

Wewaran Yang dicari

59

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

f.

Asta Wara

: (10 x 7 + 3) : 8 = 9 sisa 3 Guru

g.

Sanga Wara

: (10 x 7 + 3) : 9 = 8 sisa 1 adalah Dangu

h.

Dasa Wara : Rumus (Urip Sapta Wara + Urip Panca Wara + 1) : 10

(Budha + Pon +1) : 10

(7 + 7 + 1) : 10 = 15 : 10 = 1 sisa 5 adalah Cri

b.

Cara menentukan wewaran dengan jari tangan

Wewaran yang bisa dicari menggunakan jari tangan

adalah Tri Wara sampai Sanga Wara dan caranya juga

berbeda-beda. Di sini akan dikemukakan satu macam

cara saja sebagai berikut :

Petunjuk

: tengadahkan telapak tangan kiri,

pergunakan tiga jari saja, yakni telunjuk, jari tengah

dan jari manis. Ketiga jari itu mempunyai sembilan

ruas sesuai dengan arah mata angin. Pergunakan ruas-

ruas jari tangan itu sebagai rumah wuku dan wewaran,

dan ujung jari tengah itu adalah Utara

Cara mencari wewaran masing-masing :

1). Menentukan Tri Wara

Kolom di bawah ini di sepadankan ruas-ruas jari

Letakan

wuku secara berturut-turut mulai dari

selatan (pasah) ke utara (kajeng) dan seterusnya

putar ke kiri. Setelah diketahui Reditenya untuk

mencari Soma, Anggara dan seterusnya tetap putar

ke kiri, dimana jatuhnya Sapta Wara yang dicari

itulah Tri waranya.

Contoh : Tentukan Tri Wara dari Budha Ukir

Ukir jatuh pada Kajeng, Berati Redite Ukir = Kajeng. Terus putar ke kiri

Budha-nya jatuh pada Kajeng lagi, berati Budha Ukir Tri Waranya Kajeng

2). Menentukan Catur Wara

Letakan

wuku mulai dari Sinta di Timur Laut (Sri), putar ke kiri secara

berturut-turut, kecuali dari Galungan (Wuku Dunggulan) ke Kuningan

harus lompat dua kotak setelah itu terus berputar ke kiri biasa. Redite

dari

wuku tersebut bertepatan dengan Catur Wara di tempat jatuhnya itu.

Setelah ketemu Reditenya, untuk mencari Catur Wara dari Soma, Anggara

Utara

Selatan

Beteng

Kajeng

Pasah

60

|

Kelas X SMA/SMK

dan selanjutnya, putarlah ke kanan berurut sesuai dengan urutan wewaran

itu seperti gambar.

Contoh: Tentukanlah Catur Wara dari Anggara, Ukir

Sri

Laba

Menala

Jaya

Catur wara dari Anggara Ukir jatuh pada Jaya (Redite Ukir adalah

Jaya), putar ke kanan, Anggaranya jatuh pada Sri, jadi Anggara Ukir Catur

Waranya adalah Sri

3). Menentukan Panca Wara

Letakan

wuku mulai dari Sinta di Selatan (Paing) diteruskan ke utara,

timur, barat dan tengah dan begitu selanjutnya. Maka setiap

wuku yang

jatuh di selatan Reditenya = Pahing dan Budhanya Buda Kliwon. Setiap

yang jatuh di Utara Reditenya = Wage. Dan Setiap yang jatuh di Timur

Reditenya = Umanis dan Budanya Buda Cemeng (Buda Wage). Setiap yang

jatuh di Barat Reditenya = Pon dan Anggar Kasih (Anggara Kliwon). Setiap

yang jatuh di tengah Reditenya adalah Kliwon dan Sukra Kliwon. Setelah

ketemu Reditenya untuk menentukan Panca Wara dari Soma, Anggara dan

seterusnya putar atau jalankan sesuai dengan urutan Panca Wara itu, seperti

gambar di bawah ini

Tumpek

Wage

Angar Kasih

Pon

Sukra

Kliwon

Kliwon

Buda

Cemeng

Umanis

Buda

Kliwon

Paing

Contoh : Tentukanlah Panca Wara dari Wrhaspati, Ukir. Ukir jatuh di

Timur (Redite, Ukir Panca Waranya adalah Umanis) dan Budhanya adalah

Wage, Jadi Wrhaspati Ukir Panca Waranya Kliwon.

4). Menentukan Sad Wara

Letakan

wuku mulai dari Sinta pada Tungleh, terus putar ke kanan sesuai

dengan urutan Sad Wara. Setiap wuku yang jatuh pada Tungleh, Reditenya

adalah Tungleh, yang jatuh pada Aryang Reditenya adalah Aryang dan

seterusnya. Untuk mencari Sad Wara dari Soma, Anggara dan selanjutnya

setelah ketemu Reditenya putar ke kanan sesuai dengan urutan Sad Wara

itu, seperti gambar di bawah ini;

61

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Utara

Aryang

Tungleh

Urukung

Maulu

Wa s

Paniron

Selatan

Contoh : Tentukan Sad Wara dari Budha Kliwon Dunggulan

Dunggulan jatuhnya di Selatan (Redite Dunggulan adalah Was), putar

ke kanan sehingga Budanya jatuh di Timur Laut. Jadi Budha Dunggulan

Sad Waranya adalah Aryang

5). Menentukan Asta Wara

Cara mencari Asta Wara sama dengan Catur Wara yaitu letakan wuku

secara berturut-turut mulai dari Timur Laut (Sri) putar ke kiri. Dari

Dunggulan ke Kuningan lompat dua kotak. Dimana

wuku itu jatuh itulah

Asta Wara dari Reditenya. Kemudian untuk mencari Soma, Anggara dan

seterusnya putar ke kanan sesuai dengan urutan Asta Waranya itu seperti

gambar di bawah ini

Kala

Uma

Sri

Brahma

Indra

Rudra

Yama

Guru

Contoh mencari Asta Wara

Tentukanlah Asta Wara dari Soma Julungwangi.

Julungwangi jatuh pada Sri (Redite Julungwangi adalah Sri) putar ke

kanan, Soma jatuh Indra. Jadi Soma Julungwangi Asta Waranya adalah

Indra

Selain dewasa yang ditentukan berdasarkan wewaran untuk melakukan

suatu kegiatan atau upacara tertentu, ada beberapa hari suci yang didasarkan

atas perhitungan wewaran, sebagai hari suci untuk umat

Hindu melakukan

upacra agama yang dilakukan secara berkala. Adapun hari suci umat

Hindu

yang berdasarkan perhitungan wewaran sebagai berikut :

Pertemuan Tri Wara dan Panca Wara

a)

Hari Kliwon datangnya setiap lima hari sekali, sebagai hari suci

pemujaan ke hadapan Sang Hyang Śiva. Pada hari Kliwon Bhatara Śiva

beryoga di pusat Bumi, menciptakan air suci guna meruwat kotoran

yang ada di Bumi. Sehingga pada saat ini umat

Hindu mengadakan

penyucian diri, dari berbagai kotoran.

62

|

Kelas X SMA/SMK

b)

Kajeng Keliwon, diyakini sebagai hari yang sakral karena merupakan

pertemuan hari terakhir dari Tri Wara dan Panca Wara. Kajeng Kliwon

adalah simbol pikiran bersih dan suci, pelebur kepapaan, petaka, noda,

bencana ataupun segala kotoran duniawi melalui dhyana semadhi.

Pada hari ini Sang Hyang Mahadewa melakukan

yoga semadi,

sehingga pada sat ini umat

Hindu melakukan persembahyangan

memuja kebesaran Dewi Durga dengan menghaturkan segehan.

Hari Suci yang didasarkan atas Pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara

a)

Anggara Keliwon diseput pula Anggara Kasih, sebagai hari

beryoganya Sang Hyang Rudra untuk melebur penderitaan, kejahatan,

kotoran dunia. Hari ini merupakan hari yang baik untuk meruwat dan

memusnahkan bencana yang dapat menimpa.

b)

Budha Wage, hari ini disebut pula Budha Céméng sebagai hari

pemujaan kehadapan Sang Hyang Bhatari Sri atau Dewi Padi dan

Bhatari Manik Galih atau Dewi Beras, sebagai manifestasi Tuhan yang

memberikan kesuburan dan kemakmuran.

c)

Budha Kliwon, yang namanya disesuaikan dengan wukunya. Hari

Budha Kliwon adalah hari pemujaan Sang Hyang Hayu atau memuja

Hyang Mami Nirmalajati, dengan harapan memohon keselamatan

ketiga dunia.

d) Saniścara Kliwon, yang disebut dengan Tumpek, yang namanya

disesuaikan dengan nama wukunya. Pemujaan ditujukan kehadapan

Sang Hyang Paramawisesa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.

2.

Wuku

Wuku dalam penentuan

wariga

menduduki peranan yang penting,

sebab wewarannya baik, apabila

wukunya tidak baik, dianggap

dewasa tersebut kurang baik.

Sistem tahun

wuku, menggunakan

sistem sendiri, tidak tergantung

pada tahun surya atau tahun candra.

Satu tahun wuku panjangnya 420

hari, yang terdiri dari 30 wuku.

Setiap

wuku (1wuku) lamanya 7

hari, terhitung dari Redite, Soma,

Anggara, Budha, Wraspati, Sukra, dan Saniscara. Sebulan dalam tahun wuku

lamanya 35 hari, didapat dari mengalikan 7 hari dengan 5 wuku. Satu peredaran

wuku (30 wuku) lamanya 6 bulan dalam tahun wuku. 1 Tahun

wuku terdiri dari

2 kali peredaran

wuku, yakni 7 hari x 30

wuku x 2 = 420 hari.

Sumber: Penulis, 2015

Gambar 3.3 Umat Hindu melaksanakan persembahyangan

Saraswati dilaksanakan pada wuku Watu Gunung

63

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Berikut akan disajikan penomoran wuku, urip atau neptu-nya. Nomor

wuku yang dapat dipergunakan dalam perhitungan untuk mencari wewaran

seperti tabel di bawah ini:

No

Wuku

Urip

Tempat/Arah

Dewata

Ket

1

Sinta

7

Barat-Pascima

Sanghyang Yamadipati

2

Landep

1

Barat Laut-Wayabya

Sanghynag Mahadewa

3

Ukir/Wukir

4

Utara-Uttara

Sanghyang Mahayekti

4

Kulantir/Kurantir

6

Timur Laut-Airsanya

Sanghyang Langsur

5

Tolu/Taulu

5

Timur-Purwa

Sanghyang Bayu

6

Gumbreg/Gumreg

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Candra

Tp

7

Wariga/Warigalit

9

Selatan-Daksina

Sanghyang Semara

Rt

8

Warigadean/

Warigagung

3

Barat Daya-Neriti

Saanghyang

Mahareshi

9

Julungwangi

7

Barat-Pascima

Sanghyang Sambu

10

Sungsang

1

Barat Laut-Wayabya

Sanghyang Ghana

11

Dunggulan/

Galungan

4

Utara-Uttara

Sanghyang Kamajaya

12

Kuningan

6

Timur Laut-Airsanya

Sanghyang Indra

Tp

13

Langkir/Langker

5

Timur-Purwa

Sanghyang Kala

14

Medangsia/

Manhasia

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Brahma

15

Pujut/Julungpujut

9

Selatan-Daksina

Sanghyang Guritna

Rt

16

Pahang

3

Barat Daya-Nariti

Sanghyang Tantra

Rt

17

Krulut/Kuru

Welud

7

Barat-Pascima

Sanghyang Wisnu

18

Merakih/Merakeh

1

Barat Laut-Wayabya

Sanghyang

Surangghana

19

Tambir

4

Utara-Uttara

Sanghyang Siwa

20

Medangkungan/

Medhangkungan

6

Timur Laut- Airsanya

Sanghyang Bhasuki

Tp

21

Matal/Maktal

5

Timur-Purwa

Bhagawan Sakri

22

Uye/wuye

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang Kwera

23

Menail/Menahil

9

Selatan-Daksina

Sanghyang Citragotra

24

Perangbakat/

Prang Bakat

3

Barat Daya-Nairiti

Bhagawan Bhisma

25

Bala

7

Barat-Pascima

Sanghyang Durgha

26

Ugu/Wugu

1

Barat Laut-Wayabya

Sanghyang Singajalma

27

Wayang/Ringgit

4

Utara-Uttara

Dewi Shri

64

|

Kelas X SMA/SMK

No

Wuku

Urip

Tempat/Arah

Dewata

Ket

28

Klau/Kulau/

Kulawu

6

Timur Laut-Airsanya

Sanghyang Sedana

Tp

29

Dukut/dhukut

5

Timur-Purwa

Sanghyang Bharuna

30

Watugunung/Watu

Gunung

8

Tenggara-Gneyan

Sanghyang

Anantabhoga

(Sumber :Kunci Wariga Dewasa,1992:7)

Keterangan :

Rt = Wuku Rangda Tiga merupakan hari yang kurang baik untuk melangsungkan

perkawinan, barakibat perpisahan,

Tp = Wuku Tan Peguru, hari-hari buruk untuk memulai pekerjaan penting/

besar, berakibat tidak berhasil atau sukses

Selain dewasa yang ditentukan berdasarkan

wuku untuk melakukan suatu

kegiatan atau upacara agama tertentu, ada beberapa hari suci yang didasarkan

atas perhitungan

wuku, yang dirayakan oleh umat

Hindu dengan melaksanakan

upacara agama. Adapun hari suci umat

Hindu yang berdasarkan perhitungan

wuku seperti , Budha Kliwon, Tumpek, Buda Cemeng, Anggara Kasih. Cara

menentukan perhitungan hari suci berdasarkan

wuku ini dapat dilakukan

dengan menggunakan tangan kiri seperti gambar berikut

Keterangan :

Perhitungan

wuku dimulai dari wuku Sinta pada

angka 1 (ibu jari), dan

wuku yang lainnya dihitung

berturut-turut ke angka 2, 3, 4, 5, kembali ke angka 1

dan seterusnya searah jarum jam.

Hari suci yang jatuh pada hitungan ibu jari (1) Budha

Kliwon, Telunjuk (2) hari suci Tumpek, Jari tengah

(3) Budha Cemeng, Jari manis (4) Anggara Kasih,

Kelingking (5) kosong/pengembang.

Secara terperinci hari suci berdasarkan Pawukun

sebagai berikut :

a.

Sinta

1)

Soma Pon Sinta disebut Soma Ribék, pemujaan dan persembahan

ditujuakan kehadapan Dewi Sri (Sang Hyang Sriamérta) manifestasi

Tuhan sebagai Deva Kesuburan atau Deva Kemakmuran.

2)

Anggara Wage, Sinta disebut Sabuh Mas, pemujaan ditujukan kehadapan

Dewa Mahadewa

3)

Budha Kliwon Sinta disebut hari suci Pagérwési, merupakan hari

merupakan payoyang Sang Hyang Úiwa sebagai Sang Hyang Pramesti

Guru disertai oleh para Dewata menciptakan dan mengembangkan

kelestarian kehidupan di dunia.

65

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

b.

Landép

Saniscara Kliwon Landép disebut Tumpek Landép merupakan hari suci

pemujaan kehadapan Bhatara Śiva dan Sang Hyang Paśupati.

c.

Ukir.

Redite Umanis Ukir merupakan hari suci untuk pemujaan kehadapan

Bhatara Guru. Pada hari ini umat diharapkan memohon anugrah keselamatan

dan kesejahteraan kehadapan Bhatara Guru yang pemujaannya dilakukan

di Sanggar Kamulan.

d.

Kulantir/Kurantil

Anggara Kliwon Kulantir disebut Anggara Kasih Kulantir, merupakan

hari suci pemujaan kehadapan Tuhan dalam manifestasi sebagai Bhatara

Mahadewa.

e.

Wariga

Sabtu Kliwon Wariga dinamakan Tumpék Penguduh, Tumpek Pengatag,

Pengarah, Bubuh, merupakan hari suci pemujaan kehadapan Sang Hyang

Sangkara, manifestasi dari Tuhan sebagai dewa penguasa kesuburan semua

tumbuh-tumbuhan serta pepohonan.

f.

Warigadian

Soma Pahing Warigadian, merupakan hari suci pemujaan ditujukan

kehadapan Bhatara Brahma manifestasi Tuhan sebagai Dewa Api atau

Dewa Penerangan

g.

Sungsang

1)

Wrhaspati Wage Sungsang disebut dengan Parérébuan atau Sugihan

Jawa. Pada hari ini diyakini para Dewa dan Roh Leluhur turun ke

dunia membesarkan hati umat manusia sambil menikmati persembahan

hingga hari suci Galungan tiba. pada hari ini dilakukan pula upacara

pembersihan atau pesucian Bhuana Agung)

2)

Sukra Kliwon disebut Sugihan Bali memohon pembersihan lahir dan

batin kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa dengan cara mengheningkan

pikiran, memohon air suci peruwatan dan pembersihan.

h.

Dunggulan

1)

Redite (Minggu) pahing Dunggulan disebut Penyékéban. Pada hari ini

diharapkan umat mengekang bhatin (mengendalikan diri) agar selalu

dalam keadaaan hening dan suci sehingga tak dapat dikuasai oleh Sang

Kala Tiga.

2)

Soma (Senin) Pon Dunggulan disebut Penyajan, umat diharapkan secara

bersungguh-sungguh, benar-benar sujud dan berbhakti kepada Tuhan,

agar terhindari dari kekuatan negatif Sang Hyang Kala Tiga yang pada

saat itu berwujud Bhuta Dunggulan

66

|

Kelas X SMA/SMK

3)

Anggara (Selasa) Wage Dunggulan disebut Panampahan, diyakini

pada hari ini Sang Hyang Kala tiga turun ke dunia dalam wujud Bhuta

Amengkurat, sehingga umat diharapkan melakukan mengendalian diri

serta mempersembahkan upacara Bhuta Yajña.

4)

Budha (Rabu) Kliwon Dunggulan dinamakan Galungan yang bermakna

bangkitnya kesadaran, titik pemusatan batin yang terang benderang,

melenyapkan segala bentuk kegalauan batin. Sekaligus peringatan

atas terciptanya alam semesta beserta isinya serta kemangan

Dharma

melawan Adharma. Persembahan ditujukan kehadapan Ida Sang

Hyang Widi Wasa dengan segala manifestasi-Nya. Pada hari ini setiap

rumah memasang penjor yang merupakan titah Bhatara Mahadewa

yang berkedudukan di Gunung Agung sebagai lambang kemakmuran.

Setelah upacara dilaksanakan pada pagi hari, lengkap dengan sarana

persembahan lainnya, sesajen tetap dibiarkan berada di tempat pemujaan

selama satu malam. Esok paginya, semua umat patut menyucikan diri

lahir dan batin pada saat matahari terbit, mempersembahkan wewangian

dan mehon air suci, serta menyuguhkan segehan di halaman rumah.

Setelah selesai barulah sesajen-sesajen yang dipersembahkan kemarin

itu dapat diambil dan kemudian di-ayab oleh sanak keluarga.

i.

Kuningan

1)

Redite Wage Kuningan disebut dengan Pemaridan Guru atau Ulihan.

Pada saat ini persembahan atas kembalinya para dewata ke kahyangan

atau surga serta meninggalkan anugrah kehidupan (amérta) serta umur

panjang kepada setiap makhluk.

2)

Soma Kliwon Kuningan disebut Pemacekan Agung, mempersembahkan

segehan agung kepada semua Bhūtakala

3)

Budha Pahing Kuningan merupakan beryoganya Bhatara Visnu dan

memberikan anugrah berupa kesenangan, keagungan, keluwesan, daya

tarik, memenuhi harapan, dan rasa simpatik kepada umat manusia

(asung wilasa).

4)

Sukra Wage Kuningan disebut Penampahan Kuningan umat diharapkan

mengendalikan bhatin dan pikiran agar tetap jernih dan suci (pégéngén

poh nirmala suksma)

5)

Saniscara Kliwon Kuningan disebut Hari Raya Kuningan diperingati

sebagai hari suci turunnya para dewa dan roh leluhur ke dunia untuk

menyucikan diri sambil menikmati persembahan umat. Persembahan

sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum jam 12.00 (tajeg surya) sebab

setelah itu para dewa, pitara, roh suci leluhur diyakini telah kembali ke

khayangan.

67

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

j.

Pahang

Budha Kliwon Pahang disebut Pégatwakan, persembahan ditujukan

kehadapan Sang Hyang Tunggal.

k.

Merakih

Budha Wage Merakih disebut juga Budha Cemeng Merakih, yaitu hari

suci pemujaan yang ditujukan ke hadapan Bhatara Rambut Sedhana,

disebut juga Sang Hyang Rambut Kandhala atau Sang Hyang Kamajaya

penguasa artha, mas, perak, dan permata.

l.

Uye

Saniscara Kliwon Uye disebut Tumpek Kandang. Pemujaan dan

persembahan di tujukan kehadapan Sang Hyang Rare Anggon sebagai

dewanya ternak/binatang.

m.

Wayang

Saniscara Kliwon Wayang disebut tumpek Wayang, merupakan hari

pemujaan kehadapan Bhatara Iswara, manifestasi Tuhan sebagai penguasa

alat-alat kesenian.

n.

Watugunung

Saniscara Umanis Watugunung disebut hari Saraswati merupakan hari

Pemujaan kehadapan Dewi Saraswati manifestasi Tuhan sebagai penguasa

ilmu

pengetahuan.

o.

Sinta

Redite Pahing Sinta disebut dengan Banyu Pinaruh, memohon anugrah

kehadapan Dewi Sarasvati, berupa air suci

pengetahuan.

3.

Penanggal dan Panglong

Penanggal dan Panglong perhitungannya berdasarkan peredaran bulan satelit

dari bumi. Penanggal (tanggal) disebut pula Suklapaksa yaitu perhitungan hari-

harinya dimulai sesudah bulan mati (tilem) sampai dengan purnama (bulan

sempurna). Lama penaggal 1 sampai dengan 15 lamanya 15 hari. Penanggal

ke 14 atau sehari sebelum purnama disebut Purwani artinya bulan mulai akan

sempurna nampak dari bumi. Sedangkan Penanggal ke 15 disebut purnama

artinya bulan sempurna nampak dari bumi. Pada hari Purnama merupakan hari

beryoganya Sang Hyang Candra (Wulan).

Panglong disebut pula Krsnapaksa yaitu perhitungan hari dimulai sesudah

purnama yang lamanya juga 15 hari dari panglong 1 sampai dengan pangglong

15. Panglong ke 14 sehari sebelum tilem disebut Purwaning Tilem artinya

bulan mulai tidak akan nampak dari bumi. Sedangkan pangglong 15 disebut

tilem artinya bulan sama sekali tidak nampak dari bumi. Pada hari tilem

beryoganya Sang Hyang Surya.

68

|

Kelas X SMA/SMK

Wariga Pananggal-Panglong sebagai berikut :

Pananggal

Dewa Yajña

Pitra Yajña

Manusa Yajña

Wiwaha Yajña

Bhuta

Yajña

1

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

2

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

3

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

4

X

X

X

X

X

5

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

6

X

X

X

X

X

7

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

8

X

X

X

X

X

9

X

X

X

X

X

10

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

11

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

12

X

X

X

X

X

13

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

14

X

X

X

X

X

15

Ay u

X

X

X

X

Tabel 3.3 Baik Buruknya Pananggal menurut Teks Wariga Diwasa

Keterangan : Ayu : Baik, X : Jelek

Pananggal

Wujud Hari

Baik/Buruk

1

Jaran/ kuda

Baik untuk Dewa Yajña

2

Kidang/kijang

Baik

3

Macan

Baik

4

Kucit/anak babi

Baik

5

Sampi/sapi

Buruk

6

Kebo/kerbau

Baik

7

bikul/tikus

Buruk

8

Lembu

Baik

9

Asu/anjing

Buruk

10

Naga

Baik

11

Kambing

Baik

12

Menjangan

Baik

13

Gajah

Baik

14

Singa

Buruk

15

Mina/ikan

Baik

(Sumber : Aryana,2009:83)

Tabel 3.4 Baik Buruknya Pananggal Persefektif Teks Sundari

69

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Pananggal

Wujud Hari

Baik/Buruk

1

Celeng/babi

Buruk

2

sikep/elang

Baik untuk menghadap Raja

3

lelipan/lipan

Baik untuk dewa Yajña

4

klesih/trenggiling

Buruk

5

konta/unta

Baik

6

manusa/manusia

Buruk

7

manusa sakti

Baik

8

bala/prajurit

Baik

9

padang/rumput

Baik

10

pacet/lintah

Buruk

11

lutung/monyet

Baik

12

lelipi/ular

Baik

13

gruda/garuda

Baik

14

uled/ulat

Buruk

15

kekua/kura-kura

Buruk

(Sumber : Aryana,2009:83)

Tabel 3.5 Baik Buruknya Panglong Persefektif Teks Sundari

4.

Berdasarkan

Sasih

Wariga berdasarkan sasih adalah hitungan baik buruknya bulan-bulan

tertentu yang berpedoman pada letak matahari, apakah berada di Uttarayana

(utara), Wiswayana (tengah) atau Daksinayana (selatan). Berikut akan

diuraikan ala ayuning sasih berdasarkan teks Wariga Dewasa.

Posisi

Matahari

Sasih

Dewa

Yajña

Pitra

Yajña

Manusa

Yajña

Bhuta

Yajña

Wiwaha

Yajña

Kisaran

Bulan Masehi

Utara

1

Ay u

Ay u

Ay u

X

X

21 Juni

2

X

Ay u

X

X

X

21 Juli

3

X

Ay u

X

Ay u

X

22 Agustus

Tengah

4

Ay u

X

Ay u

X

Ay u

23 September

5

Ay u

Ay u

Ay u

X

Ay u

24 Oktober

6

X

X

X

X

X

22 Nopember

Selatan

7

Ay u

Ay u

Ay u

X

Ay u

22 Desember

8

X

X

X

Ay u

X

23 Januari

9

X

X

X

Ay u

X

20 Pebruari

Tengah

10

Ay u

Ay u

Ay u

X

Ay u

21 Maret

11

X

X

X

X

X

21 April

12

X

X

X

X

X

21 Mei

Tabel 3.5 Baik Buruknya Panglong Persefektif Teks Sundari

70

|

Kelas X SMA/SMK

Agama

Hindu mempergunakan panduan sasih antara sasih Candra dengan

Sasih Surya sehingga ada perhitungan “pengrapetang sasih”. Hal ini dilakukan

karena disadari betul bahwa bulan dan matahari mempunyai pengaruh besar

terhadap bumi dan isinya. Selain penentuan Padewasan, hari suci

Agama

Hindu, yang berdasarkan sasih adalah :

1)

Pada hari

Purnama beryoga Sang Hynag Candra (wulan), Pada hari Tilem

beryoga Sang Hynag Surya. Jadi pada hari

Purnama-Tilem adalah hari

penyucian Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu Sang Hyang Surya dan Sang

Hyang Candra. Pada waktu Candra Graha (gerhana bulan) pujalah beliau

dengan Candrastawa (Somastawa). Pada waktu Sūrya graham (gerhana

matahari) pujalah beliau dengan Sūryacakra Bhuanasthawa.

2)

Sasih Kapat atau Purnama Kapat merupakan beryoganya Bhatara

Parameswara, beliau Sang hynag Purusangkara diiringi oleh Para Dewa,

Widyadara-Widyadari dan para Rsigna. Selanjutnya pada Tilem Kapat

dilakukan penyucian batin, persebahan kepada Widyadara-widyadari

3)

Sasih Kepitu atau Purwaning Tilem Kepitu disebut hari Sivaratri, yaitu

beryoganya Bhatara siva dalam rangka melebur kotoran alam semesta

termasuk dosa manusia. Pada hari ini umat

Hindu melakukan Bratha

Sivaratri, yaitu Mona, Upawasa, dan Jagra

4) Sasih Kesanga/Tilem Kesanga adalah hari pesucian para dewata, dilakukan

Bhuta yajna, yaitu tawur agung kesanga sebagai tutup tahun Saka.

5)

Sasih Kedasa, Penanggal 1 (bulan terang pertama) sasih Kedasa disebut

hari Suci Nyepi, yaitu tahun baru Saka. Pada saat ini turunlah Sang

Hynag Darma. Purnama Kedasa beryoganya Sang Hyang Surya Amertha

pada Sad Khayangan Wisesa.

6)

Sasih Sada atau Purnama Sadha, patutlah umat Hindu memuja Bhatara

Kawitan di Sanggah Kemulan

5.

Dauh

Wariga menurut dauh merupakan ketetatap dalam menentukan waktu

yang baik dalam sehari guna penyelenggaraan suatu upacara-upacara tertentu.

Pentingnya dari dewasa

dauh akan sangat diperlukan apabila upacara-upacara

yang akan dilakukan sulit mendapatkan hari baik (dewasa ayu). Dauh jika

dibandingkan mirip dengan pembagian waktu menurut jam, namun bedanya

hanya penempatan panjangnya waktu. Hitungan jam dalam sehari di bagi 24,

hingga sehari dalam hitungan jam panjangnya 24 jam. Dalam perhitungan

dewasa

dauh mengandung makna dalam waktu satu hari terdapat dauh (waktu-

waktu tertentu) yang cocok untuk melakukan suatu kegiatan. Signifikasi

dari dewasa

dauh diperlukan apabila upacara-upacara yang dilakukan sulit

mendapatkan hari baik (dewasa ayu). Dalam perhitungan dewasa berdasarkan

dauh mempunyai beberapa hitungan, yakni berdasarkan Panca

dauh dan

Asta dauh.

71

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

a.

Sistem Panca Dauh (Sukaranti) adalah pembagian waktu (hari) dalam

sehari menjadi 10 bagian, dengan hitungan 5 Dauh untuk menghitung

panjangnya siang (setelah matahari terbit hingga menjelang terbenam) dan

5 dauh lagi untuk menghitung panjangnya malam/wengi (dari matahari

tenggelam hingga terbit)

DAUH

URIP WEWARAN

(Panca Wara + Sapta Wara)

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

T1/p5

Kr

Kr

Pe

Pa

Su

Pa

Kr

Pe

Pa

Su

Pe

Kr

T2/p4

Pa

Pa

Su

Ke

Kr

Ke

Pa

Pa

Ke

Kr

Ke

Pa

T3/p3

Su

Pe

Kr

Pe

Pa

Pe

Ke

Kr

Pe

Ke

Su

Pe

T4/p2

Ke

Ke

Pa

Su

Ke

Su

Pe

Su

Kr

Pe

Pa

Ke

T5/p1

Pe

Su

Ke

Kr

Pa

Kr

Su

Ke

Su

Pa

Kr

Su

Keterangan :

Kr : Kerta : Ayu (baik)

Pa : Pati : Ala (Jelek)

Ke : Ketara : Ayu (baik)

Catatan

: Ala-Ayu

dauh Sukaranti pada Pengelong dihitung terbalik (1 menjadi 5)

b.

Sistem Asta

dauh yang memiliki konsep yang sama dengan Panca dauh,

bedanya hanya pembagian waktunya menjadi 16, dengan perincian 8

dauh

untuk menghitung panjang waktu mulai matahari terbit, hingga menjelang

terbenam dan 8

dauh lagi untuk untuk menghitung panjangnya malam

hari dari terbenamnya matahari hingga menjelang terbit.

DAUH

SAPTAWARA

Redite

Soma

Anggara

Budha

Wrhaspati

Sukra

Saniscara

I

Ala

Ala

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

II

Ay u

Ala

Ala

Ay u

Ay u

Ala

Ay u

II

Ay u

Ala

Ala

Ala

Ala

Ay u

Ay u

IV

Ay u

Ala

Ay u

Ala

Ala

Ay u

Ala

V

Ay u

Ala

Ala

Ay u

Ay u

Ay u

Ay u

VI

Ay u

Ala

Ay u

Ala

Ay u

Ala

Ay u

VII

Ala

Ala

Ay u

Ay u

Ala

Ala

Ala

VIII

Ala

Ala

Ala

Ala

Ala

Ay u

Ala

Tabel 3.8 Sistem Asta Dauh

DAUH

Rahina/Siang

Wengi/Malam

1

06.00-07.29

04.30-05.59

2

07.30-08.59

03.00-04.29

Pe : Peta : Madya (menengah)

Su : Sunia : Ala (buruk)

72

|

Kelas X SMA/SMK

DAUH

Rahina/Siang

Wengi/Malam

3

09.00-10.29

01.30-02.59

4

10.30-13.29

22.30-23.59

5

12.00-13.29

22.30-23.59

6

13.30-14.59

21.00-22.29

7

15.00-16.29

19.30-20.59

8

16.30-17.59

18.00-19.29

Tabel 3.9 Perbandingan Asta Dauh dengan Jam Indonesia Tengah

Pelaksanaan dari perhitungan wewaran atau

wariga yang sering

dilakukan oleh umat

Hindu yang ada di Indonesia adalah penentuan hari

suci keagamaan, perhitingan pertanian, peternakan dan kebutuhan lainnya

seperti mendidirikan rumah, bangunan sekolah dan lainnya.

Sumber: www.arkeologijawa.com15/5/2015/10:26 WIB

Gambar 3.4 Prosesi Tawur Agung sebagai rangkaian hari Nyepi Di Prambanan

dilaksanakan berdasarkan sasih.

73

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Kegiatan Siswa

a.

Kerjakan pada lembaran lain

b.

Buatlah kelompok yang terdiri 3-4 orang siswa

c.

Setiap kelompok untuk melakukan wawancara kepada masing-masing 1 orang

kepada: tokoh umat

Hindu, tokoh masyarakat, rohaniawan, cendikiawan dan umat

biasa, tentang penghitungan hari baik atau wariga dalam menentukan suatu ritual

atau kepentingan kehidupan tertentu (pertanian, peternakan, pendirian bangunan,

dst).

d.

Buatlah susunan hasil wawancara tersebut dari setiap orang yang diwawancarai

dan buatlah kesimpulan akhir!

e.

Presentasikan di depan kelas!

Paraf Guru

Paraf Orang Tua

Nilai

(........................................)

(........................................)

74

|

Kelas X SMA/SMK

D. Macam-macam Wariga/Padewasan untuk

Upacara

Agama

Memahami Teks

Upacara dalam agama

Hindu memiliki dimensi

yang luas tidak semata-mata mengandung dimensi

relegius saja. Seperti arti kata upacara dalam bahasa

Sansekerta yang berati mendekat. Mendekat dalam

Upacara agama Hindu dilakukan dengan hati yang

tulus dan keikhlasan mengabdi dan membangun

keharmonisan dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta,

dengan sesama manusia serta dengan alam lingkungan,

yang terakomulasi dalam konsep tri hita karana yaitu

tiga hubungan yang menyebabkan kebahagiaan.

Upacara agama menjadi suatu yang penting sebagai

bagian dari tri kerangka dasar

Agama

Hindu. Seperti

disebutkan dalam Manawa Dharmasastra VII, 10, ada

lima dasar penerapan Dharma (termasuk upacara)

yaitu Ikşa, Śakti, Deśa, Kāla dan Tattwa. Ikşa artinya, pandangan atau cita-cita

seseorang, Śakti artinya kemampuan, Desa artinya ketentuan setempat (tempat)

Kala artinya waktu dan tattwa artinya hakikat kebenaran

Veda

Jadi dalam melaksanaakan suatu upacara penentuan waktu dewasa menjadi

suatu yang sangat penting. Seperti contoh untuk mendapatkan Vitamin d dari

Sinar matahari, maka sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari, bukan pada

siang hari, artinya mencari atau melakukan sesuatu pada waktu yang tepat bisa

berhasil sesuai dengan tujuan. Hal senada terkaiat dengan ketepatan waktu juga

disebutkan dalam kitab Sàrasamuccaya 183 sebagai berikut :

“Ayanûu ca yaddattaý, ûadacìtimukheûu ca,

candrasùryoparàge ca, viûuve ca tadakûawam”

Terjemahan:

Inilah perincian waktu yang baik, ada yang disebut daksinayana, waktu

matahari bergerak ke arah selatan, ada yang disebut uttarayana, waktu

matahari bergerak ke arah utara (dari khatulistiwa). Ada yang dinamakan

sadacitimukha yaitu pada saat terjadinya gerhana bulan atau matahari,

wisuwakala yaitu matahari tepat di khatulistiwa, adapun pemberian dana

serupa benda pada waktu yang demikian itu sangat besar sekali pahalanya.

Waktu yang ditentukan tersebut akan memberikan pahala yang sangat besar.

Jadi untuk mendapatkan suatu hasil atau pahala yang baik dari suatu kegiatan

(upacara agama) ditentukan oleh waktu yang tepat dari pelaksanaannya. Berangkat

Sumber: www.babadbali.com

Gambar 3.5 Ketut Bangbang

Gde Rawi

75

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

dari hal tersebut di bawah ini akan diberikan beberapa contoh wariga dewasa

untuk melakukan upacara agama yang termasuk ke dalam upacara Panca Yajña.

1.

Melakukan Upacara Dewa Yajña.

Selain upacara agama yang dilakukan pada hari-hari suci baik yang

ditentukan berdasarkan atas wewaran, wuku, penanggal, panglong, sasih,

yang dirayakan oleh umat

Hindu secara berkala dan berkelanjutan, dalam

kesempatan ini akan diberikan contoh-contoh

wariga dewasa untuk nangun

(memulai) upacara Dewa Yajña.

a.

Sasih yang baik untuk melakukan Dewa Yajña: kapat, kelima, kedasa.

b.

Amerta Bhuana

Dewasa Ayu untuk Dewa Yadnya, Pemujaan Tuhan Yang Maha Esa serta

leluhur untuk mendapat kesejahteraan.

c.

Amerta Dewa

Hari baik melaksanakan dharma, Panca Yajña:, khususnya Dewa Yajña:

juga hari yang baik digunakan untuk membangun khayangan/tempat-

tempat suci

d.

Amerta Masa

Hari yang baik untuk melakukan Panca Yajña dalam rangka memohon

kesejahteraan

e.

Ayu Nulus

Hari yang baik untuk melaksanakan Yajña, pekerjaan, usaha dan kegiatan

yang berlandaskan dharma

f.

Dauh Ayu

Hari yang baik untuk melaksanakan Panca Yajña

g.

Dewa ngelayang

Dewasa yang baik memuja Ida Sanghyang Widi, membangun kahyangan,

pura, maupun sanggah

h.

Dewa Werdi

Hari baik untuk melaksanakan Panca Yajña, khusunya Dewa Yajña.

2.

Melakukan Upacara Bhuta Yajña

Upacara Bhuta Yajña yang dilakukan oleh umat Hindu pada hari-hari

suci yang telah ditentukan berdasarakan wewaran,

wuku, sasih, penanggal

panglong termasuk pada saat piodalan di pura-pura, mrajan atau tempat suci

lainnya. Selain itu dilakukan pula nangun (membangun/memulai) Bhuta Yajña

di luar ketetapan tersebut. Dewasa yang baik untuk

a.

Sasih baik untuk bhuta yadnya : keenem dan kesanga.

b.

Dewa Mentas : Hari yang cocok untuk melaksanakan Bhuta yajna dan

upacara penyucian diri dalam dalam rangka pendidikan.

76

|

Kelas X SMA/SMK

3.

Melakukan Upacara Pitra Yajña

Untuk upacara Pitra Yajña terkait dengan keputusan Kesatuan Seminar

Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama

Hindu I s/d XV, terkait dengan

Jenis-jenis

wariga dewasa untuk upacara Pitra Yajña (atiwa-tiwa) dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu :

a.

Padewasan yang sifatnya amat segera atau dadakan, atiwa-atiwa segera

bisa dilakukan dengan mengacu pada

wariga, dewasa dan kekeran (aturan)

desa. Adapun larangan atiwa-tiwa adalah Pasah, Anggara Kasih, Budha

Wage, Budha Kliwon, Tumpek, Purwani Purnama, Tilem

b.

Pedewasan serahina (sehari-hari) adalah bila pelaksanaan atiwa-tiwa

tersebut dilaksanakan lebih dari tujuh hari dan memperhatikan padewasan

serahina yang perhitungannya berdasarkan wewaran,

wuku dan dauh.

c.

Padewasan berjangka (berkala), adalah pelaksanaan atiwa-tiwa

berdasarkan jangka waktu tertentu (berkala) yang perhitungannya

berdasarkan wewaran,

wuku, tanggal, panglong, sasih dan

dauh. Dan

disertai dengan sasih yang baik yaitu Kasa, Karo, Ketiga

Selain itu di bawah ini di sebebutkan beberapa contoh waktu yang baik

untuk melalukan pemujaan kepada leluhur atau Pitra Yajña yaitu :

a)

Sasih yang baik untuk memukur (atmawedana) : kedasa

b)

Sasih yang baik untuk pitra Yajña : kasa, karo, ketiga

c)

Amerta Akasa : Hari baik untuk pemujaan kepada leluhur guna

memperoleh

pengetahuan serta berwawasan yang lebih luas.

d)

Sedana Tiba : Dewasa Ayu mengadakan upacara terhadap leluhur di

sanggah/mrajan

Yang harus dihindari :

Kala Gotongan

: adalah hari yang pantang untuk mengubur, kremasi,

ngaben (atiwa-tiwa) karena berakibat kematian

berturut-turut. Tapi hari ini baik untuk pekerjaan

dengan cara memikul atau bergotong royong.

Was Penganten

: pantang untuk mengubur ataupun kremasi, karena

bisa berakibat banyak orang sakit atau meninggal

4.

Upacara Manusa Yajña

Jenis dari pelaksanaan upacara Manusa Yajña sangat banyak, yaitu

mulai dari janin berada dalam kandungan hingga meninggal. Saat bayi

lahir sesungguhnya ia telah mencari hari yang baik bagi kelahirannya. Pada

tahap selanjutnya dilakukan rangkaian upacara hingga meningkat Dewasa

melalui upacara Rajasewala atau Rajasinga. Pada tahap selanjutnya setelah

masa Brahmacari dilanjutkan masa Grhastha Asrama yaitu masa berumah

tangga. Memasuki masa berumah tangga didahului dengan proses upacara

77

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

sarira samskara berupa upacara Pawiwahan. Penentuan hari yang baik dalam

upacara wiwaha sangat diharapkan, karena hal ini akan memberikan pengaruh

terhadap eksistensi rumah tangga. Sebelum terjadinya proses pewiwahan

(perkawinan) dan dikukuhkan dengan melaksanakan upacara perkawinan

dalam memilih pasangan hidup didasarkan atas bibit, bebet dan bobot. Dalam

penentuan pilihan ini ada pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk

menentukan dasar pilihan, salah satunya didasarkan atas primbon perjodohan.

Hal ini diyakini memberikan pengaruh terhadap perkawinan. Ada beberapa

primbon perjodohan sebagai rambu-rambu dalam memilih pasangan hidup

yang didasarkan dasar wewarigan.

a.

Perjodohan Berdasarkan Sapta Wara Kelahiran lanang (laki-laki) wadon

(perempuan)

Minggu-Minggu

berakibatsering sakit-sakitan

Senin-Senin

berakibat buruk

Selasa-Selasa

berakibat buruk

Rabu-Rabu

berakibat buruk

Kamis-Kamis

berakibat yuana (awet), senang

Jumat-Jumat

berakibat melarat

Sabtu-Sabtu

berakibat yuana, senang

Minggu-Senin

berakibat banyak penyakit

Minggu-Selasa

berakibat melarat

Minggu- Rabu

berakibat yuana, senang

Minggu-Kamis

berakibat konflik

Minggu-Jumat

berakibat yuana, senang

Minggu-Sabtu

berakibat melarat

Jumat-Sabtu

berakibat celaka

Senen-Selasa

berakibat yuana (rupawan), senang

Senen-Rabu

berakibat beranak wadon (perempuan)

Senen Kamis

berakibat disukai orang

Senen-Jumat

berakibat yuana, senang

Senen-Sabtu

berakibat rejekian

Selasa-Rabu

berakibat kaya

Selasa-Kemis

berakibat kaya

Selasa-Jumat

berakibat pisah/cerai

Selasa-Sabtu

berakibat sering konflik

Rabu-Kamis

berakibat yuana, senang

Rabu-Jumat

berakibat yuana, senang

Rabu-Sabtu

berakibat baik

78

|

Kelas X SMA/SMK

Kemis-Jumat

berakibat yuana, senang

Kemis-Sabtu

berakibat pisah/cerai

b.

Jodoh berdasar Gabungan atau jumlah neptu (urip) Panca Wara dan

Sapta Wara laki dan perempuan, kemudian dibagi 5. Dan sisa menujukan

pengaruh yang ditimbulkan dari perjodohan

Sisa 1 : SRI, berati rumah tangga beroleh rezeki

Sisa 2 : DANA, berati rumah tangga keadaan keuangan baik

Sisa 3 : LARA berati anggota rumah tangga dalam kesusahan atau

kesakitan

Sisa 4 : PATI berati kesengsaran, mungkin bisa menemui kematian atau

kehilangan rejeki

Habis dibagi : LUNGGUH, berati akan mendapatkan kedudukan

c.

Berdasarkan jumlah seluruh neptu dibagi empat, dan sisa menunjukan

pengaruh yang ditimbulkan dari perjodohan

Sisa 1

disebut GENTO berati jarang anak

Sisa 2

disebut PATI berati banyak anak

Sisa 3

disebut SUGIH berati banyak rejeki

Habis di bagi disebut PUNGGEL berati kehilangan rezeki, cerai atau mati

d.

Jodoh berdasarkan Pertemuan jumlah Neptu

Jumlah Neptu Sapta Wara dan Panca Wara laki, jumlah neptu Sapta

Wara dan Panca Wara si perempuan masing-masing di bagi 9 (Sembilan),

kemudian sisanya masing-masing dipertemukan :

1 dengan 1 : saling mencintai

1 dengan 2 : Baik

1 dengan 3 : rukun, jauh amerta

1 dengan 4 : banyak celaka

1 dengan 5 : cerai

1 dengan 6 : jauh sandang pangan

1 dengan 7 : banyak musuh

1 dengan 8 : terombang-ambing

1 dengan 9 : jadi tumpuan orang susah

1 dengan 2 : dirgahayu, banyak rejeki

2 dengan 3 : salah satu cepat mati

2 dengan 4 : banyak godaan

2 dengan 5 : sering celaka

2 dengan 6 : cepat kaya

79

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

2 dengan 7 : anak-anak banyak mati

2 dengan 8 : pendek rejeki

2 dengan 9 : panjang rejeki

3 dengan 3 : melarat

3 dengan 4 : banyak cobaan/celaka

3 dengan 5 : cepat cerai

3 dengan 6 : mendapat nugraha

3 dengan 7 : banyak godaan

3 dengan 8 : salah satu cepat mati

3 dengan 9 : kaya rejeki

4 dengan 4 : sering sakit

4 dengan 5 : banyak rencana

4 dengan 6 : kaya, banyak rejeki

4 dengan 7 : melarat

4 dengan 8 : banyak rintangan

4 dengan 9 : salah satu kalah

5 dengan 5 : keberuntungan terus

5 dengan 6 : terbatas/pendek rejeki

5 dengan 7 : sandang pangan berkepanjangan

5 dengan 8 : banyak rintangan

5 dengan 9 : terbatas sandang pangan

6 dengan 6 : besar goadaannya

6 dengan 7 : rukun

6 dengan8 : banyak musuh

6 dengan 9 : terombang-ambing

7 dengan 7 : dikuasai istri

7 dengan 8 : celaka akibat perbuatan sendiri

7 dengan 9 : panjang jodoh dan berpahala

8 dengan 8 : disenangi orang

8 dengan 9 : banyak celaka

9 dengan 9 : susah rejeki

80

|

Kelas X SMA/SMK

e.

Jodoh

Tri Premana

Petemon (pertemuan) laki-perempuan yang bernama

Tri Premana ini

didasarkan atas perhitungan jumlah neptu Panca Wara ditambah Sad Wara

ditambah Sapta Wara dari weton (kelahiran) di pihak laki dan perempuan

lalu di bagi 16 (enam belas) dan sisa dari pembagian memiliki makna

sebagai berikut :

Sisa 1

bermakna diliputi kebimbangan, dalam keadaan suka dan duka,

baik

buruk, sehingga dituntut ketabahan

Sisa 2

bermakna durlaba, rejeki seret, tapi suka melancong

Sisa 3

bermakna sering mendapat malu dan kecewa

Sisa 4

bermakna susah mendapatkan sentana (keturunan)

Sisa 5

bermakna merana, sering sakit

Sisa 6

bermakna merana sering sakit

Sisa 7

bermakna mengalami suka duka, baik buruk dalam perjalanan

hidupnya menuju bahagia

Sisa 8

bermakna sukar untuk memenuhi hajat hidupnya sehari-hari,

bahkan sampai kekurangan (terak)

Sisa 9

bermakna kurang hati-hati, kesakitan tak henti-hentinya

mewarnai

hidupnya, sampai menimbulkan kekecewaan dan penyesalan

hidup

Sisa 10

bermakna mendapatkan wibawa serta disegani bagaikan raja/

ratu

yang berkuasa, sehingga dapat mengayomi keluarga

Sisa 11

bermakna mendapat sukses dalam perjalanan hidup, tercapai

cita-

citanya penuh kepuasan (sidha serta sabita)

Sisa 12

bermakna sedana nulus, rejeki lancar/gampang

Sisa 13

bermakna dirgayusa, panjang umur, rejekinya berkepanjangan

Sisa 14

bermakna mendapatkan kebahagiaan/kesenangan selalu

Sisa 15

bermakna sering mengalami kesusahan, keadaan buruk

serta banyak problem

Sisa 16

bermakna memperoleh kebahagiaan dan kesenangan

Sebagai kelanjutan dari jenjang perjodohan yang telah dilakukan

dengan memperhatikan beberapa pertimbangan tersebut di atas, sudah tentu

diharapkan berlanjut pada jenjang perkawinan. Perkawinan yang dimaksud

adalah perkawinan yang sah baik secara agama maupun secara hukum.

81

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Secara agama perkawinan adalah sakral. Sehingga dalam pelaksanaannya

perlu memilih hari yang baik karena akan memberikan pengaruh pula

dalam keharmonisan rumah tangga. Berikut ini akan diuraikan beberapa

dewasa ayu untuk upacara Manusa Yajña (pewiwahan)

a)

Mertha

Yoga : Upacara untuk Manusa Yajña. Yang termasuk ke dalam

Merta

Yoga yaitu ; Soma Keliwon Landep, Soma Umanis Taulu, Soma

Wage Medangsia, Soma Umanis Medangkungan, Soma Paing Menail,

Soma Pon Ugu, Soma Wage Dukut.

b)

Baik Buruknya Sapta Wara untuk upacara Pewiwahan

1. Minggu : Buruk, sering terjadi pertengkaran, bisa berakibat

pertengkaran

2. Senin : Baik mendapat keselamatan dan kesenangan

3. Selasa : Buruk, suka berbantah, masing-masing tidak mau mengalah

4. Rabu : Amat baik, berputra serta berbahagia

5. Kamis : Baik hidup rukun, senang dan disenangi orang

6. Jumat : Baik, tentram sentosa, tak kurang sandang pangan

7. Sabtu : Sangat buruk, senantiasa dalam kesusahan

c)

Baik Buruknya Penanggal /Tanggal untuk upacara Perkawinan

Tanggal 1

: Dirgahayu, sejahtera

Tanggal 2

: Sidha cita, Sidha karya, disayang keluarga

Tanggal 3

: Memperoleh banyak anak, sentana

Tanggal 4

: Suami sering sakit

Tanggal 5

: Dirgahayu, dirgayusa, selamat, sejahtera dan panjang

umur

Tanggal 6

: Menemui kesusahan

Tanggal 7

: Suka, rahayu, hidup bahagia

Tanggal 8

: Sering sakit hampir meninggal

Tanggal 9

: Senantiasa sengsara

Tanggal 10

: Sidha karya, disegani orang (wirya guna)

Tanggal 11

: Kurang ulet berkarya, penghasilan kurang

Tanggal 12

: Mendapat kesusahan

Tanggal 13

: labha bhukti, mendapat keberuntungan,

terutama menyangkut pangan kinum

Tanggal 14

: Sering berbantah, kemungkinan bisa sampai cerai

Tanggal 15

: Sangat buruk, bisa menemui kesengsaraan

82

|

Kelas X SMA/SMK

d) Baik Buruknya

Sasih hubungannya dengan upacara wiwaha (upacara

pernikahan)

1.

Kasa, (Srawana - Juli)

: buruk anak-anaknya

menderita

2.

Karo, (Bhadrawada - Agustus)

: buruk sangat miskin

3.

Ketiga, (Asuji - September)

: Sedang banyak anak-anak

4.

Kapat, ( Kartika - Oktober)

: baik, kaya dicintai orang

5.

Kelima, (Marggasira - Nopember)

: baik, tidak kurang makan dan

minum

6.

Keenem (Posya - Desember)

: Buruk, janda

7.

Kepitu (Magha - Januari)

: baik, mendapat

keselamatan,panjang umur

8.

Kawolu (Palguna - Pebruhari)

: buruk kurang makan dan

minum

9.

Kesanga (Citra- Maret)

: buruk sekali, selalu sengsara

sakit-sakitan

10.

Kedasa (Waisaka - April)

: baik sekali, kaya raya selalu

gembira

11.

Desta (Jyesta - Mei)

: buruk, duka, sering bertengkar

marah

12.

Sada (Asadha - Juni)

: buruk, sakit-sakitan.

e)

Baik buruknya Wuku hubungannya dengan upacara Manusa Yajña

(Wiwaha)

Rangda Tiga adalah

wuku pantangan untuk melakukan upacara

pernikahan (wiwaha), apabila ada orang yang melakukan pernikahan

dalam

wuku ini dinyatakan bisa menjanda atau menduda. Adapun

kemunculannya pada

wuku berikut ;

wariga, warigadian, pujut,

Pahang, menhil, parangbakat

Amerta Mukti

adalah baik untuk melaksanakan upacara Manusa

Yajña untuk memohon waranugraha kepada Tuhan Yang Maha Esa,

dengan menyucikan diri, lahir dan batin

Dagdig krana

adalah hari yang buruk untuk segala upacara,

terutama untuk pertemuan asmara.

Dewa Werdi

adalah hari baik untuk melaksanakan Manusa Yajña,

metatah

Dirgayusa

adalah sangat baik melakukan upacara Manusa Yajña,

tapi sangat jarang ditemukan dewasa ini yang jatuh pada budha pon,

penanggal 10

Panca Werdi

adalah hari yang baik untuk melaksanakan Manusa

Yajña antara lain mepetik, potong gigi, dan lain-lain, karena berpahala

dirgayusa

83

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Uji Kompetensi

1. Sebutkan baik buruknya

wuku dalam hubungannya dengan pelaksanaan

upacara Manusa Yajña!

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Jelaskan apa yang menjadi dasar Jodoh

Tri Premana!

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

3.

Wariga dewasa

untuk upacara Pitra Yajña (atiwa-tiwa) dapat dibedakan

menjadi tiga, sebutkan dan jelaskanlah hal itu?

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

84

|

Kelas X SMA/SMK

E. Macam-macam Wariga/Pedewasan Bidang

Pertanian

Memahami Teks

Sistem pertanian dalam ajaran Hindu bukanlah suatu hal yang baru, karena

perkembangan

Agama

Hindu di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan

Agama

Hindu di daerah asalnya India. Sebelum pengaruh

Agama

Hindu dan

Budha datang, kepercayaan tradisional masyarakat Indonesia telah mengenal

pemujaan terhadap unsur-unsur alam termasuk benda-benda angkasa seperti

matahari, bulan dan bintang. Sebagai masyarakat agraris yang relegius terbangun

sebuah keyakinan bahwa keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pengaruh-

pengaruh di luar dirinya. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik tidak lepas

dari usaha realitas di luar dirinya. Mencari hari baik (dewasa ayu), serta melakukan

kegiatan ritual sebagai salah satu “resep” jitu untuk menopang keberhasilan dalam

aktivitas kehidupan.

Sebelum dikenalnya sistem penanggalan seperti dalam kelender yang ada

saat ini, dalam menentukan hari baik mereka selalu berpatokan pada munculnya

benda-benda lagit (bintang) serta posisi bumi, bulan dan matahari. Hal ini

digunakan untuk menentukan hari yang baik dalam bercocok tanam, termasuk

aktivitas relegi.

Jika bintang Wuluku/tenggala (orion) berada tepat di atas, dua dari bintangnya

berada di posisi barat dari garis tengah Utara-Selatan jam 18.00-20.23 (dauh

wengi) nanceb masa : petani mulai menanam padi yang berumur 4 sampai 5 bulan,

seperti padi ijo gading (4 bulan), pokal (4,5 bulan). Jatuh berkisar sasih Palguna-

Caitra/Kaulu-Kesanga (8-9) atau Januari-Pebruhari. Jika Bintang Karawika

(Taurus) mulai terlihat di timur berkisar pukul 03.36-05.59 (dauh wengi) mabyan

sawah, petani mulai menanam bawang, semangka, dan lain-lain. Jatuh berkisar

sasih Shrawana-Bhadrapada/Kasa-Karo (1-2)/Juni-Juli.

Dasar pertimbangan dan landasan filosis relegius tersebut, hingga kini diwarisi

wariga yang berkaiatan dalam bidang pertanian. Adapun beberapa contoh baik-

buruknya hari dalam kaitannya bidang pertanian sebagai berikut :

Bercocok tanam sesuai Sapta Wara

a.

Redite menanam tanaman yang beruas (sarwa buku)

b.

Soma menanam tanaman yang berumbi (sarwa bungkah)

c.

Anggara tanaman yang daunnya yang berfungsi, (sarwa daun)

d.

Budha menanam segala yang berbunga (sarwa sekar)

e.

Wrhaspati menaman segala biji-bijian (sarwa wija)

f.

Sukra nenanam segala buah (sarwa phala)

g.

Saniscara menam tanaman merambat (sarwa melilit)

85

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Hari baik menanam padi berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku

a.

Redite

- Umanis

- Merakih

b.

Coma

- Umanis

- Tolu

c.

Anggara

- Umanis

- Uye

d.

Budha

- Umanis

- Julungwangi

e.

Wraspati

- Umanis

- Ugu

f.

Sukra

- Umanis

- Langkir

g.

Saniscara

- Umanis

- Watugunung

Pantangan menanam tanaman berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku

a.

Wrhaspati

- Pon

- Landep

b.

Redite

- Pon

- Julungwangi

c.

Soma

- Pon

- Dunggulan

d.

Anggara

- Pon

- Langkir

e.

Budha

- Pon

- Pujut

f.

Wrhaspati

- Pon

- Krulut

g.

Wraspati

- Pon

- Tambir

F. Dampak dari Wariga/Padewasan

Memahami Teks

Agama adalah kebenaran dan kebaikan. Orang-orang yang berpegang teguh

padanya akan terimbas oleh kebenaran dan kebaikan agama. Wariga dewasa

adalah salah satu cara untuk menjalankan ajaran agama yang berkaitan dengan

aktifitas keagamaan, termasuk kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan

kehidupan. Sehingga pengaruh dari pemahaman terhadap padewan berdampak

pada prilaku agama yang semakin konsisten serta pengamalan agama yang

semakin intensif. Sehingga kekuatan agama terhadap diri manusia terlihat dari

berbagai dimensi kehidupan manusia dalam membentuk sikap keagamaan.

Ada beberapa dampak dari pemahaman

wariga yang dapat membentuk sikap

keagamaan antara lain :

a.

Dampak moral yaitu salah satu kencendrungan mengembangkan perasaan

bersalah ketika manusia berprilaku menyimpang dari hal-hal yang tertuang

dalam

wariga dewasa.

86

|

Kelas X SMA/SMK

b.

Dampak kognitif yaitu meningkatnya pemahaman dan keyakinan manusia,

bahwa segala keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak saja berasal

dari dalam dirinya (usaha) tetapi ada suatu kekuatan yang berasal dari luar

dirinya yang bersumber dari Tuhan, yang turut serta memberikan andil dalam

keberhasilan tersebut.

c.

Dampak afektif yaitu pengalaman batin seseorang yang merupakan salah satu

faktor yang ada dalam pengalaman setiap orang beragama. Sebagian orang

mungkin mengganggap bahwa pelaksanaan upacara-upacara sesuai dengan

wariga dewasa sekedar serimonial saja, namun sebagian yang dengan khusuk

berlandaskan keyakinan mencurahkan emosinya akan merasakan ketenangan

dan kedamaian.

d.

Dampak psikomotor yaitu adanya kehati-hatian manusia dalam bertindak dan

berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.

e.

Dampak sosial yaitu dengan adanya pemahaman

wariga dewasa manusia selalu

membangun hubungan sosial yang harmonis, bukan saja sesama manusia tetapi

juga dengan Tuhan dan alam lingkungannya.

87

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Uji Kompetensi

1. Jelaskan pengertian

wariga dan padewasan menurut arti katanya!

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

2. Sebutkan tujuan dari adanya

wariga !

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

3. Bagaimanakah cara menentukan

wariga berdasarkan :

a.

Wewaran

b.

Wuku

c.

Penanggal/pangglong

d.

Sasih

e.

Dauh

-------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

88

|

Kelas X SMA/SMK

Refleksi Diri

1.

Diskusikanlah dengan orang tuamu bahwa

wariga memberikan dampak

dalam membentuk sikap keagaamaan, dan berikanlah contoh nyata dalam

kehidupan bermayarakat!

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

2.

Menurut pendapatmu, manfaat apa yang dapat diperoleh dari mempelajari

wariga(padewasan ) dalam kehidupan sehari-hari ?

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Paraf Guru

Paraf Orang Tua

Nilai

(........................................)

(........................................)